MEMAHAMI KONDISI
KEUANGAN PERUSAHAAN
1. Laporan Keuangan yang Pokok
a. Neraca
Neraca menunjukan posisi kekayaan
perusahaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu
tertentu. Kekayaan disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban dan modal
sendiri pada sisi pasiva. Pada neraca kita lihat bahwa,
KEKAYAAN
= KEAJIBAN + MODAL SENDIRI
Berikut ini
disajikan contoh neraca Perusahaan “TSR” pada akhir tahun 20x1 dan 20x2.
|
20x1
|
20x2
|
|
20x1
|
20x2
|
Kas
|
Rp. 22
|
Rp. 25
|
Hutang Dagang
|
Rp. 91
|
Rp. 89
|
Sekuritas
|
Rp. 10
|
Rp. 15
|
Hutang Wesel
|
Rp. 40
|
Rp. 20
|
Piutang
|
Rp. 170
|
Rp. 176
|
Hutang Pajak
|
Rp. 30
|
Rp. 32
|
Persediaan
|
Rp. 117
|
Rp. 112
|
Hutang Bank
|
Rp. 120
|
Rp. 120
|
Total Akt. Lancar
|
Rp. 319
|
Rp. 328
|
Kewajiban Lancar
|
Rp. 281
|
Rp. 261
|
|
|
|
|
|
|
Akt Tetap (bruto)
|
Rp. 700
|
Rp. 700
|
Hut. Jk Panjang
|
Rp. 200
|
Rp. 100
|
Akum. Penyusutan
|
Rp. 100
|
Rp. 150
|
Modal Sendiri :
|
|
|
Akt. Tetap (neto)
|
Rp. 600
|
Rp. 550
|
Saham
|
Rp. 300
|
Rp. 300
|
|
|
|
Laba yg Ditahan
|
Rp. 138
|
Rp. 217
|
Total
|
Rp. 919
|
Rp. 878
|
|
Rp. 919
|
Rp. 878
|
Apa
yang anda temukan pada laporan neraca tsb? Apakah keadaan ini menunjukan
bahwasanya kondisi keuangan perusahaan memburuk? Apakah laba yang diperoleh
Perusahaan berkurang? Untuk menjawab atas pertanyaan tsb maka kita perlu untuk
melihat laporan Rugi Laba Perusahaan
b. Laporan Rugi
Laba
Jenis laporan ini, sebagaimana namanya,
menunjukan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu (
misalnya 1 tahun ). Laba ( atau Rugi ) dapat di formulasikan sebagai berikut :
L/R =
Penghasilan dari Penjualan – Biaya dan Ongkos
Berikut
ini akan disajikan laporan RUGI / LABA Perusahaan TSR selama tahun 20x2 :
Laporan
Rugi/Laba PT. TSR 1/1 s/d 31/12 20x2 (dalam jutaan rupiah)
Penjualan
|
Rp. 2.200
|
Biaya
operasi tidak termasuk depresiasi dan amortisasi
|
Rp. 1.850
|
Ebitda : Earning before Interest
Taxes Depr & Amortz
|
Rp. 350
|
Depresiasi
|
Rp. 50
|
Amortisasi
|
Rp. 0
|
Depresiasi
dan Amortisasi
|
Rp. 50
|
Laba
Operasi (Earning Before Interest and Taxes), EBIT
|
Rp. 300
|
Dikurangi Bunga
|
Rp. 56
|
Laba
Sebelum Pajak (Earning Before Tax), EBT
|
Rp. 244
|
Pajak (32%)
|
Rp. 78
|
Laba
Setelah Pajak (Earning After Tax), EAT
|
Rp. 166
|
Selama tahun
20x2 perusahaan berhasil memperoleh laba bersih setelah pajak
sebesar Rp. 166. Kalau pada neraca 31/12/20x0 laba yang ditahan meningkat
sebesar Rp. 79, maka berarti bahwa laba yang diperoleh dan dibagikan sebagai
deviden sebesar Rp. 166 – Rp. 79 = Rp. 87 (Rp. 79 berasal dari Laba ditahan
pada tahun 20x2 – 2ox1, Rp. 217 – Rp. 138).
Perhatikan pula
bahwa dalam perhitungan laba rugi tersebut akuntan memasukan penyusutan dari
penggunaan aktiva tetap berwujud ( tangible asset) dan mungkin juga amortisasi
dari penggunaan aktiva tidak berwujud (intangible asset), seperti hak cipta,
merek dagang, dsb), Sesuai dengan pronsip Mathcing,
didalam Akuntansi. Para manajer, analisis sekuritas dan pejabat kredit Bank
sering kali memperhatikan EBITDA, karena angka inilah yang
dinilai menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan kas dari operasinya yang
diperlukan untuk berbagai kegiatan.
EBITDA PT. TSR selama tahun 20x2 tersebut
adalah sebesar Rp. 350 juta. Apabila dikurangi dengan beban depresiasi (catatan
: perusahaan tidak memiliki beban amortisasi) sebesar Rp. 50 juta, maka laba
oprasi (disingkat EBIT) adalah sebesar Rp. 300 juta. Setelah dikurangi dengan
beban bunga sebesar Rp. 56, maka laba sebelum pajak adalah sebesar Rp. 244, dan
dengan membayar pajak sebesar Rp. 78 (diasumsikan tarif pajak adalah 32%), maka
laba setelah pajak adalah sebesar Rp. 166.
Aktiva Lancar sering juga disebut
sebagai Operating Working Capital
(Modal Kerja Operasi), sedangkan Operating
Working Capital dikurangi dengan hutang dan rekening – rekening accruals, disebut sebagai Net Operating Working Capital (modal
kerja operasi bersih).
Net Operating Working Capital dinyatakan
dalam bentuk persamaan :
Net Operating Working Capital =
Aktiva Lancar – Kewajiban lancar
yang tidak membayar bunga
Kalau
kita terapkan untuk PT TSR tahun 20x2, maka :
Net
Operating Working Capital :
=
Rp. 328 – ( Rp. 89 + Rp. 20 + Rp. 32 )
=
Rp. 187 juta
Sedangkan
untuk Total Operating Capital (20x2) =
Net
Operating Working Capital + Total Akt tetap Neto
=
Rp. 187 + Rp. 550
=
Rp. 737 juta
Net
Operating Working Capital (20x1) =
=
Rp. 319 – ( Rp. 91 + Rp. 40 + Rp. 30 )
=
Rp. 158 juta
Total
Oprating Capital (20x1) =
=
Rp. 158 + Rp. 600
=
Rp. 758 juta
Dengan
demikian maka sebenarnya pada tahun 20x2 PT. TSR mengalami penurunan total
oprating capital-nya.
c. Net Operating Profit After Tax
apabila dua perusahaan mempunyai jumlah hutang yang
berbeda, dan karenanya membayar bunga yang berbeda pula, mereka mungkin
mempunyai kinerja operasi yang hampir sama. Tetapi akan melaporkan laba setelah
pajak yang berbeda. Perusahaan yang mempunyai hutang yang lebih besar akan
melaporkan laba setelah pajak yang lebih kecil. Karena itu untuk membandingkan
kinerja operasi yang lebih baik untuk mengukur kinerja manajemen, dipergunakan Net Operating Profit After Tax atau
NOPAT. NOPAT menunjukan laba yang akan diperoleh oleh suatu perusahaan apabila
perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang dan/atau tidak memiliki Non Operating Asset. NOPAT didefinisikan
sebagai berikut :
NOPAT = EBIT (1
– Tarif pajak Penghasilan)
Dengan
menggunakan laporan Rugi/Laba PT. TSR untuk tahun 20x2, maka :
NOPAT = Rp. 300 (1 – 0.32)
= Rp. 204 juta.
d. Free Cash
Flow (arus kas bebas)
istilah ini menunjukan arus kas yang tersedia untuk
didistribusikan kepada para pemodal (baik pemegang saham maupun pemegang
obligasi) setelah perusahaan melakukan investasi pada tambahan aktiva tetap,
peningkatan modal kerja yang diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan
perusahaan. Depresiasi memang dimaksudkan untuk mengganti aktiva tetap yang
nantinya usang, dengan beban depresiasi maka perusahaan dapat menggantinya
dengan aktiva tetap yang baru. Tetapi apabila perusahaan mengalami pertumbuhan,
maka mungkin dana dari depresiasi saja tidak cukup untuk membeli tambahan
aktiva tetap yang baru. Demikian juga apabila perusahaan mengalami pertumbuhan,
maka modal kerja yang diperlukan akan menjadi lebih besar. Hal ini berarti dana
yang diperoleh dari operasi akan dipakai sebagian untuk penambahan aktiva tetap
dan penambahan modal kerja.
Untuk menghitung Free
Cash Flow dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Kita tahun bahwa NOPAT PT. TSR untuk tahun 20x2 adalah
Rp. 204 juta. Maka kita akan mencari terlebih dahulu Operating Cash Flow tahun
20x2 dengan cara :
Operating Cash Flow (20x2) = NOPAT + Depresiasi
=
Rp. 204juta + Rp. 50juta
=
Rp. 254juta
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pada akhir tahun
20x1 PT. TSR mempunyai Operating Asset atau Operating Capital sebesar Rp. 758juta, dan pada akhir tahun 20x2
hanya sebesar Rp. 737juta. Karena itu, selama tahun 20x2 PT. TSR melakukan Net
Investment pada Operating Capital
sebesar :
Net Investment pada Operating Capital = Rp.
737 – Rp. 758
= -Rp.
21juta
Atau
dengan kata lain, perusahaan melakukan disinvestment pada tahun 20x2. Sedangkan
jika kita hitung Gross Investment-nya pada tahun 20x2 adalah sebagai berikut :
Gross Investment pada Operating Asset :
= Net Investment
+ depresiasi
= -Rp. 21juta –
Rp. 50juta
= Rp. 29juta
Setelah
kita dapat menghitung Operating Cash Flow
dan Gross Investment pada Operating Asset maka kita dapat
menghitung Free Cash Flow PT. TSR dengan Formulasi sebagai berikut :
Free
Cash Flow PT. TSR (20x2) :
= Operating Cash Flow – Gross
Investment pada Operating Asset
= Rp. 254juta – Rp. 29juta
= Rp. 225juta
Secara aljabar, FCF dapat dihitung
sebagai berikut (equivalent) :
FCF =
NOPAT – Net Investment pada Operating Asset
=
Rp. 204juta – (-Rp. 21juta)
=
Rp. 225juta