Selasa, 28 Juni 2011

analisa BEP 02

Modul  session 9 :  Analisa Break Event Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah :
1.   Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3.  Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4.  Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi
yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau harga tergantung untuk kebutuhan.
BEP dengan pendekatan Aljabar :
TR       =        TC
P.Q                  =   F + V.Q
P.Q V.Q        =   F
(P – V) Q         =   F




Sehingga akan didapatkan BEP dalam Unit dan Rupiah sebagai berikut :
PERHITUNGAN BEP ( single product )
Atas dasar unit :
Atas dasar penjualan dalam rupiah :
Keterangan:
FC : Biaya Tetap
P    : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi.  
Rumus BEP untuk multiple product adalah:
BEP(rupiah) =                     FC
                                                                [(1 – (TVC : TR)]


TVC      = total variable cost (total biaya variabel),
TR        = total revenue (total pendapatan).



Contoh BEP dengan Kontribusi Margin :

Tare Panda Biro Travel berspesialisasi pada penerbangan antara Jakarta-Surabaya. Dari harga tiket Rp 900.000 per paket perjalanan per penumpang, Tare Panda mendapatkan komisi sebesar 10 % sebagai pendapatannya. Biaya tetap yang dikeluarkan setiap bulan adalah Rp 14.000.000 (untuk gaji, sewa, dan sebagainya). Biaya Variabel yang dikeluarkan adalah Rp 20.000 per paket perjalanan yang dipesan oleh konsumen. Berapa paketkah yang harus terjual jika Tare Panda menginginkan:
1)   Keadaan Break Even Point (dengan menggunakan metode kontribusi marjin)
2) Perusahaan dapat mencapai laba operasi sebesar Rp 7.000.000 per bulan (dengan menggunakan metode kontribusi marjin dan persamaan)


Jawaban:
1)      Kontribusi Marjin = Harga Jual (Pendapatan ) – Biaya Variabel
      = Rp 90.000 – Rp 20.000
         (per unit)      = Rp 70.000
BEP dalam unit     = Biaya Tetap : Kontribusi Marjin per unit
      = Rp 14.000.000 :  Rp 70.000
      = 200 tiket per bulan

2) Jika ada Laba Operasi yang Ditargetkan, kuantitas yang diharapkan terjual dapat    dihitung melalui rumus berikut:
Q = Biaya Tetap + Laba Operasi Yang Ditargetkan
Kontribusi Marjin per unit
Q = Rp 14.000.000 + Rp 7.000.000
Rp 70.000
Q = Rp 21.000.000
Rp 70.000
Q = 300 tiket per bulan


Metode Persamaan :

Pendapatan      = Total Biaya + Laba Operasi Yang Diharapkan
Rp 90.000 Q    = (Biaya Variabel + Biaya Tetap) + Rp 7.000.000
Rp 90.000 Q    = Rp 20.000 Q + Rp 14.000.000 + Rp 7.000.000
Rp 21.000.000 = Rp 90.000 Q – Rp 20.000 Q
Rp 21.000.000 = Rp 70.000 Q
         Q = Rp 21.000.000
                Rp 70.000
                     Q = 300 tiket per bulan





Contoh BEP dengan laba bersih yang ditargetkan setelah dikurangi pajak :

Jika yang ditargetkan adalah laba bersih (setelah dikurangi tarif pajak), maka harus dicari terlebih dahulu laba operasi yang ditargetkan untuk dimasukan kedalam rumus BEP unit.

Target Laba Bersih = Target Laba Operasi – ( tarif pajak x target laba oprasi )
Target Laba Bersih =  (1 – tarif pajak ) x target laba operasi
Target Laba Operasi = Target Laba Bersih
    1 – tarif pajak

Contoh kasus :
PT. NONOT menjual kursi lipat dengan harga perunit Rp. 200.000.  biaya variabel perunit adalah Rp. 120.000 dengan biaya tetap Rp. 2.000.000. berapa banyak kursi yang musti terjual jika PT. NONOT  menginginkan tercapai laba bersih sebesar Rp. 1.200.000 dengan estimasi tingkat pajak adalah 40%.
Jawaban :
Target Laba Operasi = Target Laba Bersih
    1 – tarif pajak
                                  = Rp. 1.200.000
         1 – 40%
          = Rp. 1.200.000
0.6
          = Rp. 2.000.000

Metode Persamaan :

Pendapatan         =  Total biaya + Target Laba Operasi
Rp. 200.000 Q    =  Rp. 120.000 Q +  Rp. 2.000.000 + Rp. 2.000.000
Rp. 4.000.000     =  Rp. 200.000 Q – Rp. 120.000 Q
Rp. 4.000.000     =  Rp. 80.000 Q
Q =  Rp. 4.000.000
        Rp.80.000
Q =  50 Unit

Metode Kontribusi Margin :

Q         = Biaya Tetap + Target Laba Operasi
   Kontribusi Margin perunit
Q         = Rp. 2.000.000 + Rp. 2.000.000
    Harga Jual - Biaya Variabel
Q         = Rp. 4.000.000
    Rp. 200.000 – Rp. 120.000
Q          = Rp. 4.000.000
                Rp. 80.000
Q          = 50 Unit
Pembuktian :

Pendapatan ( Rp. 200.000 x 50 )                    Rp. 10.000.000
Biaya Variabel ( Rp. 120.000 x 50 )               Rp.   6.000.000
Kontribusi Margin                                           Rp.   4.000.000
Biaya Tetap                                                     Rp.   2.000.000
Laba Operasi                                                   Rp.   2.000.000
Pajak Penghasilan ( 40% x Rp. 2.000.000 )    Rp.      800.000
Laba Bersih                                                   Rp.   1.200.000



Grafik BEP :
C/R
TR ( total Pendapatan )


Oval: RUGI,Oval: LABA
 




Oval: BEP














Biaya Tetap ( Fixed Cost )

   Adalah   biaya   yang  jumlanya   tetap   secara   totalitas walaupun volume produksi berubah-ubah

 Biaya tetap per unit output adalah berubah-ubah, sebab semakin banyak  output yang dihasilkan sementara biaya itu tetap, maka biaya tetap per unit akan semakin kecil. Sebaliknya   apabila   output   semakin   kecil   sementara biaya itu tetap, maka biaya tetap per unit akan semakin besar

Biaya  tetap  per  unit  output  akan  berbanding  terbalik dengan jumlah output

          Contoh Biaya Tetap :
Ø  Biaya penyusutan
Ø  Beban Gaji Karyawan

Biaya Variabel ( Variabel Cost )
Biaya yang jumlahnya berubah secara totalitas sesuai dengan perubahan volume produksi ( tapi biaya variabel per unit adalah tetap )
            Contoh Biaya Variabel :
Ø  Biaya Bahan Baku langsung
Ø  Biaya Tenaga Tenaga Kerja Langsung
           
Payback Period Method
Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan pada lamanya investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas masuk, dan faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini.
Sebagai misal : Sebuah Proyek Sistem Informasi Manajemen bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap tahunnya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Maka periode pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- = 3,333 tahun. Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen tersebut akan tertutup dalam waktu 3 tahun 3 bulan.
Bila cash inflow tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu-persatu sebagai berikut. Berdasarkan data pada Lampiran-01, misalnya nilai proyek sistem informasi manajemen adalah Rp. 788.500.000,-, dan umur ekonomis proyek tersebut adalah 4 tahun dan cash inflow setiap tahunnya adalah seperti berikut ini :
cash inflow tahun 1 sebesar               Rp. 285.000.000,-
cash inflow tahun 2 sebesar              Rp. 372.500.000,-
cash inflow tahun 3 sebesar              Rp. 486.000.000,-
cash inflow tahun 4 sebesar               Rp. 542.250.000,-

Maka payback period untuk investasi sistem informasi manajemen ini adalah :
Nilai investasi                          = Rp. 788.500.000,-
cash inflow tahun 1                 = Rp. 285.000.000,-
Sisa investasi tahun 2 = Rp. 503.500.000,-
cash inflow tahun 2                 = Rp. 372.500.000,-
Sisa investasi tahun 3 = Rp. 131.000.000,-
Sisa investasi tahun 3 sebesar Rp. 131.000.000,- tertutup oleh sebagian dari cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-, yaitu Rp. 131.000.000,-/Rp. 486.000.000,- = 0.2695 bagian. Kesimpulannya adalah bahwa payback period investasi ini adalah 2 tahun 3,234 bulan. Dan kelayakan dari investasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan payback period yang ada dengan maximum payback period yang dianggap layak yang telah tetapkan sebelumnya. Misalnya maximum payback period adalah 3 tahun, berarti investasi ini diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar